Kamis, 30 Maret 2017

Cerpen




For my everything

.
.
.
.

Hanyalah hidup yang jalaninya dibawah langit biru. Inilah kisah yang dia pilih bersama warna warninya. Tawa dan tangis. Bukankah tak ada artinya bila sendirian?
“Aku pulang!” seru Arga yang baru pulang sekolah. Ia lalu membuka sepatu dan kaos kakinya serta menaruhnya di rak sepatu . Rendy, sang adik yang tengah bermain bongkar pasang dikamarnya langsung berlari begitu mendengar suara kakaknya. “ Kakak pulang!! Aku kangen kakak!” Ia lalu berjinjit sedikit untuk memeluk kakaknya. Arga hanya tersenyum hangat kepadanya. Arga lalu pergi ke kamarnya untuk menaruh tas sekolahnya yang entah kenapa terasa berat. Sementara sang adik mengikutinya dari belakang bagai anak itik yang mengikuti induknya.
“Kak, kita main yuk? Main apa ya? Monopoli, atau masak masakan atau main mobil mobilan?” Celoteh Rendy dengan riang juga bersemangat.”Rendy, biarkan kakakmu beristirahat, ia kan baru pulang dari sekolah.” Ujar Ibu Rendy seraya mengusap rambut anak bungsunya itu. “Tidak kok ma, aku kan sudah janji untuk menemaninya bermain hari ini. Ayo Rendy, sini kakak gendong” Arga berkata dan menaruh badan Rendy ke punggungnya. Ibunya yang melihat keakraban anaknya itu hanya mendesah kecil kemudian pergi ke dapur untuk melanjutkan acara memasaknya yang tadi sempat tertunda.
“Kak, bentar deh.” Rendy yang sedang digendong kakaknya untuk bermain ditaman tiba tiba menyuruh Arga untuk menurunkannya. “Ada apa?” Arga bertanya pada Rendy yang sedang memperhatikan barang yang terlihat dikaca sebelah kanan toko yang mereka lewati. “ Kak, kalau aku menang lomba matematika, berikan aku hadiah ya” Pinta Rendy. “Mau hadiah apa dari kakak? Mainan ?” “ Itu!!! Aku kepengen sepatu yang itu” Tunjuk Rendy pada sepasang sepatu warna merah dengan garis putih. “Aku ingin itu kak.. Pasti akan sangat keren bila aku memakainya saat latihan sepakbola nanti” ujar Rendy. “Loh? Kamu suka main bola?’ tanya Arga tak percaya. “Iya! Aku ingin seperti Cristiano Ronaldo  yang terkenal dan keren kak..” “ Oh begitu ya, nanti akan kakak usahakan demi Rendy” Kata Arga sambil tersenyum yang juga dibalas tersenyum oleh Rendy. Lalu Arga mulai menggendong Rendy lagi untuk pulang kerumah.
Dikarenakan sebentar lagi Arga akan menghadapi ujian nasional, ia selalu pulang kerumah larut malam. Banyaknya tugas tugas juga pr membuatnya sedemikian rupa. “Aku pulang bu, yah!” seru Arga sambil masuk ke rumah. “Selamat datang nak..” Mata Arga membulat karena adiknya tidur di sofa panjang ruang tengah “Loh ma, kenapa Rendy tidur di sofa?” “ Katanya ia mau menunggumu. Mama sudah menyuruhnya untuk pindah ke kamarnya. Namun ia tetap keras kepala, dan gini deh jadinya. Ketiduran. Jadi yasudah, mama selimutin Rendy biar gak kedinginan” Kata Ibunya
“Biar aku saja yang memindahkannya bu” Ucapnya sambil menggendong tubuh adiknya yang bertambah berat. Setelah berhasil kekamar Rendy, Arga lalu merebahkan tubuh adiknya ke kasur “ Selamat tidur dek” Ucapnya sambil mencium kening adiknya sayang. Hari yang ditunggu tunggu Rendy pun tiba. Hari ini ia menunggu pengumuman hasil dari lomba matematika. Dan seperti dugaannya, ia mendapat peringkat satu. Buru buru ia pulang kerumah dan memberikan piala nya kepada ayah dan ibunya. Namun bukan ini yang ditunggu olehnya. Namun, ia menunggu kakaknya, lebih tepatnya menunggu hadiah yang telah dijanjikan  kepadanya.
“Rendy, kesini sebentar, kakak ada hadiah untukmu” Panggil ibunya pada Arga yang masih ada dikamar.”Mana? Mana?” Dengan wajah berseri seri ia lantas merebut kotak kado berbungkus bintang itu dari ibunya dan membukanya. Tapi cengiran diwajahnya perlahan hilang dan diganti wajah cemberut. Dia menginginkan sepatu sport berwarna merah itu, bukan yang hijau tua jelek ini. Tak kalah menarik sih, tapi kan ia tak suka!! “ Maaf ya dek, sepatu yang kamu mau udah gak ada lagi, udah dibeli orang. Jadinya kakak belikan yang ini saja” sesal Arga. “ Aku gak suka sepatu ini!” teriak Rendy yang langsung membuang sepatu itu kebawah dan berlari kekamarnya sambil menangis kencang. “ Rendy sayang... sayang?!” Teriak khawatir ibunya. Sementara Arga memungut sepatu itu lalu menaruhnya kembali kedalam kotaknya.
Pada keesokan paginya, ketika Rendy ingin keluar kamar untuk berangkat kesekolah, ia melihat kotak sepatu itu didepan pintu kamarnya. “uhh~ aku kan udah bilang, aku gak suka ya gak suka!! Kakak nyebelin ” ujar Rendy sebal. Lalu ia menaruh kotak sepatu itu didepan meja belajarnya. Ia hari ini memakai sepatu lamanya, tidak memakai sepatu pemberian kakaknya kemarin. Ia pun menyahut ketus saat ditawari ibunya untuk sarapan dan mengabaikan perkataan kakaknya.
“Kakak emang ngeselin pakek banget!! Dia kan udah janji beliin yang warna merah, malah kenapa yang ijo itu” gumam Rendy saat perjalanan pulang. Namun entah kenapa firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu. Ia tiba tiba merasa kangen dengan kakaknya. Ia ingin segera bertemu kakaknya. Langkahnya terhenti ketika melihat ambulans didepan rumahnya. Ia lalu berlari kencang tanpa mempedulikan bahwa ia telah menyerobot kedalam kerumunan tersebut. Tubuhnya bergetar tatkala melihat tubuh seseorang penuh darah yang tertutup kain. Air matanya tanpa sadar mulai menuruni wajah lucunya, disertai isakan yang terkadang terdengar.
Tangannya yang kecil menggenggam kain itu lalu menurunkan kain itu, Dengan perlahan ia membukanya hingga wajah itu terlihat. Wajah yang penuh luka dan darah itu adalah milik kakaknya, Arga. “ Kakak! Kak-Kakak!! Hiks-hik..hikss” Sontak tangisnya pecah, ia lalu menjerit histeris juga menggoyang goyangkan pelan tubuh itu. “Bangun kak, jangan tinggalin Rendy, Kakak gak sayang lagi sama aku? Nanti yang main sama aku siapa kak? Siapa yang hiks.. hiks.. temenin aku kak? Kakak!” Dengan lumayan keras ia menggoyangkan badan itu, dengan penuh rasa sedih, ia memeluk tubuh Arga, ia lalu menyandarkan kepalanya ke dada Arga. “ Maafkan aku kak! Aku salah, aku minta maaf kak!” ucapnya penuh sesal. “Rendy..” “Kak hiks. Hikss. Kak Cici?” Rendy lalu menoleh ke arah Cici. Cici lalu memberikan kotak dengan motif bola ke Rendy. “Arga tertabrak saat ingin menyelamatkan seorang anak kecil yang menyebrang jalan, dan polisi menemukan kotak itu tak jauh dari lokasi Arga tertabrak.” Ucap Cici.
Rendy lalu membuka kotak itu. Baru melihat sebentar, ia lalu menangis kencang dan histeris. Isi kotak itu adalah sepatu yang ia inginkan juga secarik kertas bermotif bola dengan tulisan rapi kakaknya yang isinya..

Untuk adikku tersayang... Rendy
Selamat ya, Kamu menang dalam lomba matematika. Kakak bangga padamu
Maaf kakak telah melakukan kesalahan, kakak memberi hadiah yang kau tak suka
Sebagai gantinya, kakak memberikan ini. Kau suka kan? Jangan lupa dipakai ya?
Kuharap kamu akan terus belajar dengan tekun sehingga nilaimu terus berada di atas! Kakak selalu mendukungmu dek...
Satu lagi, dek... Kakak sayang banget sama kamu
-Dari Kakak yang menyayangimu, Arga


          Rendy sangat menyesal, tak sepantasnya ia marah pada Arga yang telah memberikan segalanya untuknya. Ia bahkan belum berbaikan kepadanya, ia belum berbicara padanya, ia belum melakukan apapun padanya, ia belum berterimakasih padanya. Sekarang, semua tinggal keinginan, Kakaknya telah tiada. “ Hiks, hiks. Hiks. Kak-Kakak a...akuu tak butuh ini .. hiks.. kak..!Aku Cuma ingin kakak hiks, disini, kembali hikss main sama.. aku. Aku janji kak... gak akan nakal hiks.. lagi. Kakak... bangun dong! Kak? Kak..Kakak!!” Rendy kembali menangis kencang dan memeluk tubuh kakaknya. Di kado tersebut tampak sebuah foto ia dan kakaknya disebuah taman bermain. Dalam tangisan dan air mata. Ironisnya, hanya foto yang tersenyum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar