For
my everything
.
.
.
.
Hanyalah
hidup yang jalaninya dibawah langit biru. Inilah kisah yang dia pilih bersama
warna warninya. Tawa dan tangis. Bukankah tak ada artinya bila sendirian?
“Aku
pulang!” seru Arga yang baru pulang sekolah. Ia lalu membuka sepatu dan kaos
kakinya serta menaruhnya di rak sepatu . Rendy, sang adik yang tengah bermain
bongkar pasang dikamarnya langsung berlari begitu mendengar suara kakaknya. “
Kakak pulang!! Aku kangen kakak!” Ia lalu berjinjit sedikit untuk memeluk
kakaknya. Arga hanya tersenyum hangat kepadanya. Arga lalu pergi ke kamarnya
untuk menaruh tas sekolahnya yang entah kenapa terasa berat. Sementara sang
adik mengikutinya dari belakang bagai anak itik yang mengikuti induknya.
“Kak,
kita main yuk? Main apa ya? Monopoli, atau masak masakan atau main mobil
mobilan?” Celoteh Rendy dengan riang juga bersemangat.”Rendy, biarkan kakakmu
beristirahat, ia kan baru pulang dari sekolah.” Ujar Ibu Rendy seraya mengusap
rambut anak bungsunya itu. “Tidak kok ma, aku kan sudah janji untuk menemaninya
bermain hari ini. Ayo Rendy, sini kakak gendong” Arga berkata dan menaruh badan
Rendy ke punggungnya. Ibunya yang melihat keakraban anaknya itu hanya mendesah
kecil kemudian pergi ke dapur untuk melanjutkan acara memasaknya yang tadi sempat
tertunda.
“Kak,
bentar deh.” Rendy yang sedang digendong kakaknya untuk bermain ditaman tiba
tiba menyuruh Arga untuk menurunkannya. “Ada apa?” Arga bertanya pada Rendy
yang sedang memperhatikan barang yang terlihat dikaca sebelah kanan toko yang
mereka lewati. “ Kak, kalau aku menang lomba matematika, berikan aku hadiah ya”
Pinta Rendy. “Mau hadiah apa dari kakak? Mainan ?” “ Itu!!! Aku kepengen sepatu
yang itu” Tunjuk Rendy pada sepasang sepatu warna merah dengan garis putih.
“Aku ingin itu kak.. Pasti akan sangat keren bila aku memakainya saat latihan
sepakbola nanti” ujar Rendy. “Loh? Kamu suka main bola?’ tanya Arga tak
percaya. “Iya! Aku ingin seperti Cristiano Ronaldo yang terkenal dan keren
kak..” “ Oh begitu ya, nanti akan kakak usahakan demi Rendy” Kata Arga sambil
tersenyum yang juga dibalas tersenyum oleh Rendy. Lalu Arga mulai menggendong
Rendy lagi untuk pulang kerumah.
Dikarenakan
sebentar lagi Arga akan menghadapi ujian nasional, ia selalu pulang kerumah
larut malam. Banyaknya tugas tugas juga pr membuatnya sedemikian rupa. “Aku
pulang bu, yah!” seru Arga sambil masuk ke rumah. “Selamat datang nak..” Mata
Arga membulat karena adiknya tidur di sofa panjang ruang tengah “Loh ma, kenapa
Rendy tidur di sofa?” “ Katanya ia mau menunggumu. Mama sudah menyuruhnya untuk
pindah ke kamarnya. Namun ia tetap keras kepala, dan gini deh jadinya.
Ketiduran. Jadi yasudah, mama selimutin Rendy biar gak kedinginan” Kata Ibunya
“Biar
aku saja yang memindahkannya bu” Ucapnya sambil menggendong tubuh adiknya yang
bertambah berat. Setelah berhasil kekamar Rendy, Arga lalu merebahkan tubuh
adiknya ke kasur “ Selamat tidur dek” Ucapnya sambil mencium kening adiknya
sayang. Hari yang ditunggu tunggu Rendy pun tiba. Hari ini ia menunggu
pengumuman hasil dari lomba matematika. Dan seperti dugaannya, ia mendapat
peringkat satu. Buru buru ia pulang kerumah dan memberikan piala nya kepada
ayah dan ibunya. Namun bukan ini yang ditunggu olehnya. Namun, ia menunggu
kakaknya, lebih tepatnya menunggu hadiah yang telah dijanjikan kepadanya.
“Rendy,
kesini sebentar, kakak ada hadiah untukmu” Panggil ibunya pada Arga yang masih
ada dikamar.”Mana? Mana?” Dengan wajah berseri seri ia lantas merebut kotak
kado berbungkus bintang itu dari ibunya dan membukanya. Tapi cengiran diwajahnya
perlahan hilang dan diganti wajah cemberut. Dia menginginkan sepatu sport
berwarna merah itu, bukan yang hijau tua jelek ini. Tak kalah menarik sih, tapi
kan ia tak suka!! “ Maaf ya dek, sepatu yang kamu mau udah gak ada lagi, udah
dibeli orang. Jadinya kakak belikan yang ini saja” sesal Arga. “ Aku gak suka
sepatu ini!” teriak Rendy yang langsung membuang sepatu itu kebawah dan berlari
kekamarnya sambil menangis kencang. “ Rendy sayang... sayang?!” Teriak khawatir
ibunya. Sementara Arga memungut sepatu itu lalu menaruhnya kembali kedalam
kotaknya.
Pada
keesokan paginya, ketika Rendy ingin keluar kamar untuk berangkat kesekolah, ia
melihat kotak sepatu itu didepan pintu kamarnya. “uhh~ aku kan udah bilang, aku
gak suka ya gak suka!! Kakak nyebelin ” ujar Rendy sebal. Lalu ia menaruh kotak sepatu itu
didepan meja belajarnya. Ia hari ini memakai sepatu lamanya, tidak memakai
sepatu pemberian kakaknya kemarin. Ia pun menyahut ketus saat ditawari ibunya
untuk sarapan dan mengabaikan perkataan kakaknya.
“Kakak
emang ngeselin pakek banget!! Dia kan udah janji beliin yang warna merah, malah
kenapa yang ijo itu” gumam Rendy saat perjalanan pulang. Namun entah kenapa
firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu. Ia tiba tiba merasa kangen dengan
kakaknya. Ia ingin segera bertemu kakaknya. Langkahnya terhenti ketika melihat
ambulans didepan rumahnya. Ia lalu berlari kencang tanpa mempedulikan bahwa ia
telah menyerobot kedalam kerumunan tersebut. Tubuhnya bergetar tatkala melihat
tubuh seseorang penuh darah yang tertutup kain. Air matanya tanpa sadar mulai
menuruni wajah lucunya, disertai isakan yang terkadang terdengar.
Tangannya
yang kecil menggenggam kain itu lalu menurunkan kain itu, Dengan perlahan ia
membukanya hingga wajah itu terlihat. Wajah yang penuh luka dan darah itu adalah
milik kakaknya, Arga. “ Kakak! Kak-Kakak!! Hiks-hik..hikss” Sontak tangisnya pecah,
ia lalu menjerit histeris juga menggoyang goyangkan pelan tubuh itu. “Bangun
kak, jangan tinggalin Rendy, Kakak gak sayang lagi sama aku? Nanti yang main
sama aku siapa kak? Siapa yang hiks.. hiks.. temenin aku kak? Kakak!” Dengan
lumayan keras ia menggoyangkan badan itu, dengan penuh rasa sedih, ia memeluk
tubuh Arga, ia lalu menyandarkan kepalanya ke dada Arga. “ Maafkan aku kak! Aku
salah, aku minta maaf kak!” ucapnya penuh sesal. “Rendy..” “Kak hiks. Hikss.
Kak Cici?” Rendy lalu menoleh ke arah Cici. Cici lalu memberikan kotak dengan
motif bola ke Rendy. “Arga tertabrak saat ingin menyelamatkan seorang anak
kecil yang menyebrang jalan, dan polisi menemukan kotak itu tak jauh dari
lokasi Arga tertabrak.” Ucap Cici.
Rendy
lalu membuka kotak itu. Baru melihat sebentar, ia lalu menangis kencang dan
histeris. Isi kotak itu adalah sepatu yang ia inginkan juga secarik kertas
bermotif bola dengan tulisan rapi kakaknya yang isinya..
Untuk adikku
tersayang... Rendy
Selamat
ya, Kamu menang dalam lomba matematika. Kakak bangga padamu
Maaf
kakak telah melakukan kesalahan, kakak memberi hadiah yang kau tak suka
Sebagai
gantinya, kakak memberikan ini. Kau suka kan? Jangan lupa dipakai ya?
Kuharap
kamu akan terus belajar dengan tekun sehingga nilaimu terus berada di atas!
Kakak selalu mendukungmu dek...
Satu
lagi, dek... Kakak sayang banget sama kamu
-Dari
Kakak yang menyayangimu, Arga
Rendy sangat menyesal, tak sepantasnya
ia marah pada Arga yang telah memberikan segalanya untuknya. Ia bahkan belum
berbaikan kepadanya, ia belum berbicara padanya, ia belum melakukan apapun
padanya, ia belum berterimakasih padanya. Sekarang, semua tinggal keinginan,
Kakaknya telah tiada. “ Hiks, hiks. Hiks. Kak-Kakak a...akuu tak butuh ini ..
hiks.. kak..!Aku Cuma ingin kakak hiks, disini, kembali hikss main sama.. aku.
Aku janji kak... gak akan nakal hiks.. lagi. Kakak... bangun dong! Kak?
Kak..Kakak!!” Rendy kembali menangis kencang dan memeluk tubuh kakaknya. Di
kado tersebut tampak sebuah foto ia dan kakaknya disebuah taman bermain. Dalam
tangisan dan air mata. Ironisnya, hanya foto yang tersenyum.